-->

Rabu, 13 September 2017

Simak Kesaksian Seorang Mahasiswa! "KISAH MAHASISWA PENGINJAK MOBIL AMIN RAIS"

Waktu saya kuliah dulu tahun 2001, massa saya yang saya pimpin pernah menginjak mobil Amin Rais. Aksi penginjakan ini tanpa disengaja ketika Amin Rais sebagai ketua MPR pada saat itu menjawab sinis permintaan kami untuk berdialog mempertanyakan kenaikan harga BBM yang ditetapkan oleh presiden Gusdur.


Massa mahasiswa UMB menjadi panas dan menghadang mobil dinas Amin Rais selesai menghadiri acara pengukuhan Didik J Rachbiny sebagai profesor dan guru besar Universitas Mercu Buana. Tapi tiba-tiba mobil itu malah mau menabrak kami. 

Salah seorang teman saya bernama Satyo P (Komeng) secara reflek meloncat keatas kap depan mobil sedan dinas Amin Rais menghindari perbuatan konyol sopir Amin Rais yang mau menabrak dia. Komeng pun tidak diam lalu naik keatas kap mobil itu dan menginjak-injaknya. Kejadian itu direkam oleh wartawan yang banyak hadir meliput acara tersebut dan juga dihadiri oleh tokoh2 besar nasional pada saat itu. 

Saya dan massa saya tidak tinggal diam mendapat perlakuan itu. Lalu mengejar mobil tersebut dan melempar pakai buku makalah milik Didik J Rachbiny yang kebetulan kami dapat copyannya juga. 

Atas kejadian itu, saya pun dapat ancaman dari massa Amin Rais. Selama 5 hari, saya disembunyikan untuk menghindari serangan dari massa Amin Rais tersebut yang mau mengejar saya. Berapa hari kemudian, saya disidang dihadapan rektorat dan segenap senat mahasiswa UMB. Bapak Alm. Harun Zain (mantan Gubernur Sumbar dan Menteri Transmigrasi era Soeharto) pun mengecam tindakan dilakukan oleh massa saya bahwa kami telah menginjak-injak simbol lembaga tertinggi negara dan dikecam sebagai perbuatan anarkis.

Saya menangkis tudingan itu dihadapan forum sidang tersebut.

"Mana anarkisan saya dengan bapak Amin Rais? Kami hanya meminta dialog malah dibalas mau menabrak kami dengan mobilnya sedangkan kami hanya menginjak mobilnya hanya untuk menghindari dari tabrakan yang mengancam nyawa teman saya". 

Pak Harun Zain pun terdiam. Lalu Didik J Rachbiny ikut sidang itu berujar, "Jika anarkis dilegalkan di kampus ini, saya akan mengundurkan diri"

Mendapat pernyataan itu, saya cepat2 membalas lantang. 

"Itu lebih terhormat. Saya meminta anda menulis surat pengunduran diri anda sekarang juga !"

Mendengar pernyataan keras saya itu. Didik J Rachbiny tiba2 berdiri dari duduknya. Tiba2 para rektorat entah kenapa beramai-ramai menenangkan dia. Acara sidang pun jadi kacau. Maksud mereka mau menyidang saya jadi bubar gara2 Didik J Rachbiny ngambek. 

2 minggu kemudian, pihak rektorat UMB memberikan sanksi DO kepada Sdr. Satyo P dan 15 orang teman saya dikenakan sanksi akademis. Aneh bin ajaib, saya sendiri tidak dikenakan sanksi apapun meski berulang-ulang kali saya nyatakan bahwa aksi Penginjakan Mobil Amin Rais itu adalah sepenuhnya tanggungjawab saya.

Sengaja saya tulis peristiwa Penginjakan Mobil Amin Rais ini untuk publik mengetahui bahwa kami mahasiswa 98 meskipun pernah dulu sama berjuang dengan beliau merobohkan Orde Baru tetapi kami mahasiswa banyak tidak simpatik dengan perilakunya. 

Seharusnya umur dia yang sudah tua hadir menjadi bapak bangsa untuk menyejukan dan mengarahkan hal2 positif bangsa ini malah menjadi provokator membawa-bawa sentimen2 agama dan isu PKI yang tidak laku lagi. Statement2 dia sering membuat fitnah menghabiskan energi bangsa ini terbuang percuma menghadapi masyarakat yang tidak mengerti. Mereka membuat keonaran dan terjadi ancaman konflik horizontal ditengah masyarakat. 

Kasus terbaru kemarin malam, 17 September terbukti ada sekelompok masyarakat menyerbu YLBHI karena hasutan isu PKI sementara acara itu setelah diselidiki oleh kepolisian dan TNI tidak ada kaitannya dengan PKI. 

Itulah otak kampret memutarbalikan kaidah2 keintelektualan. Orasi dia pada tanggal 16 September kemarin bela Rohingya sungguh sangat memalukan dan provokatif. 

Wassalam

AZNIL

0 Komentar Simak Kesaksian Seorang Mahasiswa! "KISAH MAHASISWA PENGINJAK MOBIL AMIN RAIS"

Posting Komentar

Back To Top