-->

Senin, 18 September 2017

Langkah Cerdik Jokowi Gemboskan Isu PKI Lewat Jenderal Gatot

Akhir-akhir ini banyak pihak yang terus menyudutkan Jenderal Gatot Nurmantyo. Terutama para pendukung pemerintah. Menurut mereka, sang Jenderal sedang melakukan manuver-manuver politik. Malah, sang Jenderal dianggap hendak menaikkan pamornya di tengah-tengah publik untuk bisa masuk ke dalam kancah politik praktis pada 2019 nanti.


2015 saat Jenderal Gatot dipilih oleh presiden dari Angkatan Darat, sebenarnya Presiden berharap banyak dengan dipilihnya sang Jenderal. Kalau kita lihat dari tradisi TNI, yang mendapatkan jatah menjadi Panglima harusnya berasal dari AURI. Tapi Presiden tetap memilih dari AD. Tentu ada strategi ciamik dari Presiden kita yang berasal dari sipil.

Pak Jokowi seibarat anak gadis di sarang penyamun. Ia terlihat begitu seksi dan rapuh secara politik. Apalagi keberpihakannya kepada rakyat membuat banyak politisi dan mafia yang merasa terancam dengan kebijakan-kebijakan strategisnya. Sehingga, para penyamun mulai “gregetan” untuk memangsanya.

Belum ada satu Capres pun dalam sejarah negeri ini yang tak sekenyang Pak Jokowi dalam menikmati fitnah-fitnah murahan saat Pilpres. Meski Pakde menang, barisan sakit hati ini tetap menyimpan dendam kesumat terharap diri Pakde.
  
Ada yang bilang “Politik di negeri ini kejam Jenderal!” Tapi itulah kenyatannya. Masih ingatkah kita dengan sosok tangguh seperti Gus Dur? Kurang baik apa ia. Kurang berpihak kepada minoritas apa orang semacamnya. Tapi, politik kotor lah yang menghentikan karir politiknya sebagai seorang Presiden. 

Sekarang negeri ini punya seorang Presiden yang baik juga berpihak kepada rakyatnya. Tapi, politik tak selalu menginginkan orang baik. Politik lebih menginginkan adalah upaya untuk berbagi keuntungan. 

Jadi, dipilihnya Jenderal Gatot adalah untuk membuat benteng-benteng pertahanan menghadapi berbagai manuver-manuver oposisi. Sehingga, tak terlalu berlebihan jika Jenderal Gatot disebut sebagai anak emasnya Pakde. 

Masih ingatkah kita dengan rangkaian aksi bela islam yang berjilid-jilid itu? Pihak oposisi mendapat ruang untuk menggoyang pemerintah. Aliran uang begitu derasnya, sehingga banyak pihak yang mendapat keuntungan. 


Pasti sulit bagi Pakde untuk bisa lolos dari pusaran tersebut. Pakde memerlukan kekuatan, baik dari institusi Polri maupun TNI. Tak sekedar kekuatan yang mampu memukul, tapi juga kekuatan untuk memecah (ombak). 

Ternyata, kita lihat Pakde sukses menghadapi serangan oposisi yang mendompleng lewat isu SARA dalam Pilkada DKI. Meski harus mengorbankan sosok Ahok, Pakde setidaknya telah mengembalikan kembali stabilitas politik dalam negeri. 

Tentu, yang peran penting dalam proses ini adalah tangan dinginnya Jenderal Tito dan Jenderal Gatot. Sekiranya Jenderal Gatot mau melakukan manuver politik tertentu, nilai tawarnya terhadapnya untuk oposisi sangat tinggi. Ia dan pasukannya bisa saja bermain cantik untuk langsung menggusur Pakde dari Istana. 

Jadi, ada 2 isu besar yang paling memungkinkan untuk menggulingkan atau setidaknya membuat Pakde kalah di 2019 nanti. Isu tersebut adalah agama dan PKI. Isu agama sudah dipakai secara masif dan terstruktur, terutama di Pilkada DKI lalu. Tapi, dengan cerdiknya Pakde mampu memainkan gerak “kuda-kuda”, sehingga isu itupun lambat laun basi bersamaan dengan makin banyaknya provokator-provokator medsos yang terciduk. 

Dan tersisa satu isu lagi yang bisa dimainkan, yakni isu PKI. 30 September nanti, isu ini akan diledakkan secara besar-besaran. Hoax mulai berseliweran di timeline. Semua itu cuma pembuka jalan untuk sebuah ledakan besar nanti. 

Pakde tahu pihak oposisi cuma bisa bermain di isu ini. Dan mereka akan mati-matian mensukseskannya. Mau yang dilempar adalah hoax, fitnah ataupun cuma spekulasi-spekulasi khas bumi datar, semua itu akan ditempuh. 

Sebagai anak emasnya Pakde, Jenderal Gatot harus mengambil langkah antisipasi. Gerakan kontra intelejen harus segera dilakukan. Dan kita akan melihat, manuver Jenderal Gatot untuk menggemboskan isu PKI ini benar-benar sulit ditebak. 

Pertama, mengapa Jenderal Gatot memerintahkan anak buahnya untuk menonton film G30S/PKI? 

Jika memang PKI sudah lama eksis di negeri ini, sebagaimana data yang diberikan oleh seorang purnawirawan TNI, lalu mengapa baru di tahun 2017 kegiatan “nobar” diadakan? 

Ingat, Jenderal Gatot menjabat sejak 2015, mengapa baru sekarang dimunculkan? Jawabannya, karena jika dimunculkan pada tahun 2015, isu PKI sedang tidak “hits”. Isu PKI hanya diangkat secara sambil lalu saja. Karena memang tidak ada momen Pilkada atau Pilpres. 

Isu PKI akan meledak dengan dahsyat pada 30 September nanti. Tapi, Jenderal Gatot harus segera meledakkannya lebih awal. Kita lihat respon Pakde bukan malah marah atau membuat statemen berbeda. Tapi Pakde malah terlihat mengamini program “nobar”, dengan sedikit catatan filmnya perlu direvisi sedikit. 

Sehingga, strategi politik yang cerdik ini akan membuat wajah pemerintahan Pakde yang pro agama juga pro anti-komunis.(seword.com/muhammad nurdin)

0 Komentar Langkah Cerdik Jokowi Gemboskan Isu PKI Lewat Jenderal Gatot

Posting Komentar

Back To Top