Ada sesuatu yang masih sulit terlukiskan hingga hari ini dalam kaitan atau pertautannya dengan mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Utamanya, dukungan dan ungkapan rasa simpati dan empati publik terhadap Ahok sampai saat ini masih terus mengalir.
Menariknya, dukungan itu bukan datang dari orang-orang separtai, sesuku, atau seagama, tetapi dari seluruh kalangan. Entah spiriualitas apa yang dianutnya. Atau, ilmu apa yang dipakainya, yang membuat daya tarik dirinya di mata publik masih terus tinggi.
Yang jelas banyak faktor yang membuat banyak orang sampai hari ini masih tidak bisa lupa alias ingat atau kangen dan menyalurkan dukungannya terhadap sosok yang juga mantan bupati Bangka Belitung itu.
Pertama, dari kepribadiannya yang ceplas-ceplos dan gampang marah, tetapi marah dan ceplas-ceplos itu tanpa perasaan benci terhadap siapa pun, juga terhadap orang yang dimarahinya, membuat semua itu bukan menimbulkan rasa benci, tetapi malah mencuatkan rasa kangen.
Kedua, tentu karena kejujuran, ketegasan, keberanian dan bersih tanpa korupsi, itulah yang menjadi alasan berikut bagi masyarakat dalam member dukungan baik langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya.
Yang berikut adalah menyangkut kinerjanya, serta sikapnya yang benar-benar bekerja untuk rakyat dan terus melayani rakyat tanpa mementingkan diri sendiri dan keluarga.
Semua itulah yang membuat publik seperti tidak percaya kalau Ahok tidak mau jadi gubernur lagi, dan belum mau menerima kekalahan Ahok pada pilkada pemilihan gubernur DKI Jakarta pada bulan Februari lalu. Akhirnya, orang berkesimpulan jangan-jangan pilkada DKI lalu ada yang tidak beres.
Dan, semua puja-puji itu seperti sudah tersimpulkan dalam pernyataan dua tokoh di bawan ini, yang disampaikan pada masa kampanye pilkada DKI Jakarta lalu.
Buya Syafi’i Ma’arif (Mantan Ketua umum Muhammadiyah)mengatakan, ”Saya ikuti sepak terjang Ahok selama ini, meskipun belum kenal secara pribadi, dia sosok pemimpin petarung yang mungkin sudah putus urat takutnya. Urusan membela duit dia tidak kepalang tanggung pasang badan meski dikeroyok partai-partai di DPRD. Saya tidak pernah meragukan ke-Indonesiaan Ahok. Terobosan dia bukan hanya soal korupsi saja, tapi ada nilai-nilai yang lain.”
Juga kata penyanyi kondang Quotenya Iwan Fals: “Semalam saya nonton Ahok di Kick Andy, sampai mau nangis lihat Ahok bela rakyat. Dia orangnya tegas, apa adanya. Dia seperti Oase. Saya senang lihat Ahok ceplas ceplos dan tanpa beban. Semoga Ahok bisa mimpin Jakarta dengan baik sehat terus. Saya kagum karena Ahok pemimpin yang berani, nyalinya gede dan bicara apa adanya.”
Di atas semua itu, maka tidak heran jika beberapa hari terakhir ini, tatkala Simpang Susun Semanggi (SSS) diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (17/8/2017), seperti diberitakan Netralnews pujian terhadap kinerja Aok mengalir dari berbagai penjuru Jakarta, bahkan luar Jakarta. Pujian itu datang mulai dari Presiden Jokowi sendiri, gubernur Djarot dan Ketua DPRD serta dari berbagai kalangan.
Sebagaimana diketahui, jalan layang SSS, memang dirancang dan dibangun sejak Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok masih menjadi Gubernur DKI Jakarta, dan disempurnakan oleh Gubernur Djarot Saiful Hidayat. Pembangunan berjalan begitu cepat dan menghasilkan sebuah sosok bangunan memesona.
Pujian itu menyangkut beberapa hal, misalnya soal dana tersisa Rp200 juta, kecepatan waktu pembangunannya, dan keberanian dalam mengambil keputusan serta kecermatan dan kedetailannya.
Seperti dikatakan Gubernur Djarot, "Inilah sebetulnya keberanian dan kecermatan sekaligus dari Pak Ahok untuk memutuskan secara cepat tapi sangat detail. Sehingga diputuskan, oke kita akan bangun, dananya non-APBD, dengan sistem design and build untuk kecepatan proses ini."
Karenanya Djarot menyebut keputusan yang diambil dengan sangat cepat dan tepat oleh Ahok, sudah selayaknya mendapat apresiasi dan semua pihak harus berterima kasih kepada Ahok. "Malam ini saya pribadi dan kita semua, saya mengapresiasi kerjanya Pak Ahok dengan keberanian yang luar biasa dan kecepatan untuk memutuskan," kata Djarot.
Di atas semua itulah yang membuat Jakarta saat ini, seperti sudah benar-benar teridentifikasi dengan Sosok Ahok. Keberaniannya, kejujurannya, bersih tanpa korupsi yang menjadi sifat pribadinya, sekaligus ceplas-ceplos dan suka marahnya itu, yang membuat bukan saja banyak warga Jakarta kangen, tetapi seperti terasa Jakarta ini tidak seru kalau tidak ada sosok Ahok.
Percaya tidak percaya, kalau mau jujur, itulah yang terjadi.
Penulis : Thomas Koten
0 Komentar Jakarta tanpa Ahok Memang Tidak Seru! Ini Alasannya
Posting Komentar